w3lcom3 to my blog : blog from my inspiration

Google
 

Wednesday, September 26, 2007

Pemotong Batu

Pada jaman dahulu, di sebuah kaki gunung, hiduplah seorang pemotong batu untuk bahan bangunan yang merasa tidak puas akan kehidupan dan statusnya di dunia.

Suatu hari ia pergi ke kota dan melintasi rumah seorang saudagar kaya raya. "Betapa enaknya jadi orang berpunya, tinggal di rumah megah, berpengaruh dan tiada kurang suatu apa!", bathinnya. Ia merasa iri dan berharap bisa seperti saudagar itu. Alangkah kagetnya ia, entah kenapa tiba-tiba saja ia menjadi seorang saudagar hartawan, menikmati segala kemewahan, memiliki kekuasaan, serta diirikan oleh orang yang hidupnya kurang sejahtera.

Suatu hari orang pejabat tinggi negeri yang ditandu dalam sebuah joli mewah melewati rumahnya diiringi oleh para prajurit. Setiap orang di sepanjang jalan bagaimanapun status ekonominya harus berhenti,minggir ke tepi jalan, dan membungkuk menghormat kepadanya."Betapa berkuasanya dia," pikirnya, "Aku ingin menjadi pejabat tinggi negara!"Terjadilah! Seketika ia menjadi seorang pejabat tinggi negara yang berkuasa, ditandu kemana -mana di atas joli diiringi oleh sepasukan prajurit, dihormati sekaligus ditakuti rakyat.

Suatu hari di musim panas, ketika melakukan inspeksi keliling, sengat matahari telah membuatnya tidak merasa nyaman dan gerah. Disibakkannya tirai joli, sambil memandang matahari yang tampak gagah di langit, ia berkata, "Betapa hebatnya matahari, andai aku bisa jadi matahari"Lalu ia menjadi matahari, bersinar sepanjang masa, menyengat segala sesuatu dan setiap orang dengan teriknya, serta diumpat kala musim panas oleh petani yang bekerja di ladang.

Tetapi sekali waktu segumpal awan hitam menghalanginya sehingga sinarnya tidak dapat mencapai bumi. "Betapa hebat awan hitam badai ini," pikirnya,"Aku berharap ingin jadi awan badai."Ia kemudian menjadi awan hitam, berarak kian kemari dari suatu tempat ke tempat lain dan dibenci oleh setiap orang. Namun suatu hari sebuah kekuatan besar telah membuatnya buyar. Angin. "Betapa kuatnya ia," bathinnya, "Semoga aku bisa jadi angin!"

Seketika ia berubah menjadi angin, yang bisa mengangkat atap-atap rumah, mencerabut pohon-pohon dari akarnya, serta menimbulkan ombak besar yang meneggelamkan perahu-perahu di lautan. Ditakuti oleh apapun yang ada di bawahnya. Tapi suatu hari, sesuatu yang besar dan kuat mampu menghalangi kekuatannya betapupun kuat ia meniupnya. Sebuah batu karang yang membukit. "Betapa kuatnya ia,"serunya," betapa ingin aku menjadi karang."

Ia kemudian berubah menjadi batu karang yang kuat. Tak bergeming dari tempatnya dari jaman ke jaman. Akan tetapi suatu hari, ia merasa ada sesuatu yang berubah pada dirinya, sebuah palu godam besar yang secara berirama dihantamkan pada sebuah pahat perlahan lahan telah melobangi permukannya yang keras, dan akhirnya memotong-motongnya bagian demi bagian. "Siapakah yang lebih kuat dari aku, sang karang?" herannya.


Ia menengok jauh ke bawah dan melihat seorang pemotong batu.

Kamu Bukan Chuang Tzu

Suatu hari Chuang Tzu dan temannya jalan-jalan menyusuri tepian sebuah sungai. " Lihat ikan-ikan yang sedang berenang itu, " kata Chuang Tzu, "Mereka sedang bergembira ria." "Kamu bukan ikan," sahut temannya, " Jadi kamu tidak bisa benar-benar tahu kalau mereka sedang bergembira atau tidak." "Kamu bukan aku. " kata Chuang Tzu, " Jadi bagaimana kamu bisa tahu kalau aku tidak tahu bahwa ikan-ikan itu sedang bergembira?"

Not Dead Yet

The Emperor asked Master Gudo, "What happens to a man of enlightenment after death?"

"How should I know?" replied Gudo.

"Because you are a master," answered the Emperor.

"Yes sir," said Gudo, "but not a dead one."


People's reactions to this story:
"Knowledgeable people are not afraid to say "I don't know" regarding things that they _cannot_ know. Observe all that you can. Do not invent what you cannot know."

"This story seems to me to be saying that we should rely on our own experience. That is the only thing that we truly "know". The master could not talk about what happened to an enlightened man after death because he had never experienced death."

Why should the emperor care? If he doesn't know, he's not enlightened and shouldn't try to act enlightened because he's not!!!

"I believe that this story is trying to tell us that first hand experience is the only kind of knowlage we can truely have."

"I guess that the master is still not enlightened completely."

A wise man knows that he is not wise-just like Socrates.

The truely wise are not afraid to say "I don't know."

To know that you know what you know is all anyone can really know!!

Your alive so mind your own business!

I think master Gudo wants the emporer to realise he should not think of the future but now.

The future is unforseeable and the past is but dead images, we only really experience the present moment.

When one answers a question with another question that person is avoiding answering the question. Maybe the Zen master knows the answer and doesn't want to share it with the Emperor.

Sometimes, if you have to answer a question with a question, maybe more thought should have been put into it before it was spoken.

A fool can ask more questions than a wise man can answer.

I think this story is beautiful. It states,very briefly, the great flaws I see with traditional western religions. They all promise life after death and eternal bliss-worshipping God. But they miss the point--it doesn't matter what happens after death if we live our lives right.

Cross each bridge when you get to it.

"The World of the Living and the World of the Dead....so close but yet so far."

Just shows that you shouldn't trust all the quacks who claim to know everything about the afterlife!

Transformasi

Suatu kali, aku, Chuang Tzu, bermimpi bahwa aku adalah seekor kupu-kupu yang terbang kesana-kemari, serasa seperti benar-benar seekor kupu-kupu. Aku hanya menyadari kebahagiaanku sebagai seekor kupu-kupu, tidak sadar bahwa aku Tzu. Begitu terjaga, begini ini adanya, menjadi diriku lagi. Sekarang aku tak tahu apakah aku tadi seorang manusia yang bermimpi menjadi kupu-kupu, atau apakah aku sekarang ini adalah seekor kupu-kupu yang sedang bermimpi jadi manusia. Antara kupu-kupu dan manusia ada sebuah perbedaan. Transisinya disebut “transformasi dari hal-hal material”.

Catatan : Transformasi dari hal-hal material adalah sebuah gagasan Chuang Tzu yang kerap muncul; bahwa segala sesuatu selalu berada dalam aliran (“flow”) yang konstan dan selalu berubah tapi senantiasa merupakan aspek-aspek yang beraneka dari yang Satu.

dan aku mendekati cahaya itu...

Ketika fajar tiba...
sinar mentari itu mulai tampak lagi....
menyinari hari-hariku...
penuh dengan hikmah...

dan aku menghampiri cahaya itu...
cahaya yang terbit bersama mentari...
semakin dekat ku gapai,...
semakin cepat ku genggam...

dan hari-hari itupun akan pergi...
tiada perih...
tiada sedih...
yang ada hanyalah ceria dan gembira...

dan keberuntungan itu...
bukan keberuntungan semata...
karena kerja keraslah...
keberuntungan itu berpihak padaku...

Friday, September 21, 2007

SAS (Selalu Ada Solusi)



Masalah bukanlah hal yang menakutkan asalkan kita tahu bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Gunakan prinsip "SAS", "Selalu Ada Solusi".

Tidak tepat kalau kita mengatakan bahwa "ini tidak mungkin bisa diselesaikan", ya coba dulu baru bicara...

Ingat bahwa segala masalah "Selalu Ada Solusi", entah kapan kita akan menemukan solusi tersebut.

Wednesday, September 12, 2007

Selamat Berpuasa


Marhaban ya ramadhan, mohon maaf lahir & batin, semoga puasa kali ini membawa berkah yang lebih banyak, amin, amin, ya rabbilalamin.

Mas, Meletakkan alamatnya salah!!!

Malu-maluin aja :D
Tadi mampir ke kantor pos yang dekat kantor, niatnya ngirim cd ke salah satu penerbit di daerah baciro baru.

Maklum sudah lama banget tidak melakukan kirim mengirim surat lewat pos. Nyampai di kantor pos, kata mbak yang jaga di situ, "Mas meletakkan alamatnya salah!!!, lain kali penerima ditaruh sebelah kanan". Alah malu-maluin aja :D.

Yang jadi masalah lagi, di situ ada anak amikom yang magang, nanyain "mas amikom libur ga?", aku jawab "kayaknya libur", sambungku "jangan bilang-bilang kalau aku salah meletakkan alamat surat :))".